Friday, October 18, 2019

Jangan Lewatkan Peran Oemargatab Bapaknya Indro Warkop

Disaat Jepang masuk ke Indonesia, banyak polisi yg dahulu kerja terhadap pemerintah kolonial Belanda terus dipekerjakan. Begitu juga pada waktu Revolusi disaat Belanda menduduki satu wilayah, polisi-polisi yg dahulu kerja pada Republik terus dipekerjakan. Dalam histori, itu benar-benar perihal yg biasa.

Di mana saja, pegawai negeri, seperti pun polisi, mesti taat terhadap pemerintah yg berkuasa. Siapa lantas pemerintahnya, satu orang polisi terus bekerja mengawasi keamanan serta ketertiban dalam penduduk. Gak kecuali satu orang polisi bernama Oemargatab.

Seusai Indonesia merdeka, Oemargatab yaitu polisi yg udah mempunyai pengalaman. Majalah Kan Po terbitan 1943 mengatakan, pada era Jepang, Oemargatab berpangkat inspektur serta bekerja di wilayah Banyumas.

Oemargatab Kepala Sisi PAM
Tidak tahu ada berapakah perwira polisi bernama Oemargatab di wilayah Banyumas. Akan tetapi, Oemargatab yg banyak dikatakan dalam arsip-arsip periode Revolusi menunjuk terhadap satu orang polisi berpangkat komisaris kelas satu yg pimpin sisi intelijen privat di kepolisian.

Lebih kurang 1948, Raden Moehammad Oemargatab udah berubah menjadi Kepala Sisi Pengawas Saluran Penduduk (PAM) , yg berkedudukan di ibu kota Yogyakarta. Dalam artikel berjudul " Intelijen Negara serta Intelijen Keamanan " yg terisi di buku Negara, Intel, serta Ketakutan (2006 : 71) , Muradi mengatakan Oemargatab jadi pemimpin pertama PAM.

Menurut buku 20 Tahun Kemajuan Angkatan Kepolisian Republik Indonesia (1967) , PAM dibuat buat menukar Polisi Sisi Politik. “[PAM] miliki pekerjaan memperhatikan aliran-aliran yg membahayakan negara serta bekerja sama dengan penduduk, ” tulis buku itu (hlm. 242) .

Pastinya faksi Republik Indonesia gak mau mengimbangi PAM dengan polisi politik di era kolonial, Politieke Inlichtingen Dienst (PID) . Walaupun dahulunya PID pun memperhatikan saluran para gerakan yg dikira membahayakan pemerintah Hindia Belanda.

" [PAM] tidaklah PID berpakaian baru seperti apa yg sempat dituduhkan oleh grup yg tidak ada memahami bakal tempat bahagian ini, ” tuliskan buku Republik Indonesia, Volume 5 (1957) yg diatur Kementerian Penerangan (hlm. 244) .

Disadari atau mungkin tidak, nyata-nyatanya PID serta PAM saling bekerja mengincar grup yg membahayakan pemerintah.

Sekian bulan sebelum pecah Moment Madiun, Oemargatab, bertindak sebagai kepala sisi PAM, udah mencium ada pertentangan di antara sayap kiri dengan sayap kanan diawalnya 1948. Ada kegalauan dari Oemargatab bab permusuhan itu.

“Pihak lawan bakal memakai kekeruhan-kekeruhan dalam negeri, buat melaksanakan taktik pengacauan atau serangan yg bakal memberikan keuntungan mereka, ” tuliskan Oemargatab, seperti tertulis dalam " Arsip Djogja Documenten nomor 334 : Laporan Djawatan Kepolisian Indonesia Sisi PAM Mengenai Bahaya Perang Saudara 27 Februari 1948 " .

Gak cuma berkenaan Moment Madiun, PAM pun ikut serta dalam penanggulangan pergerakan separatis di Indonesia yang lain. Pada laporan-laporan terhadap pemerintah terkait pergerakan separatis seperti APRA Westerling, ada tanda-tangan Oemargatab di dalamnya.

Dari PAM ke Intelkam
Pada 1951, PAM bersalin nama berubah menjadi Dinas Pengawasan Keselamatan Negara (DPKN) berdasar pada Surat Ketentuan Pemerintah No. Pol : 4/2/28/UM tanggal 13 Maret 1951. “Keselamatan negara di sini pun keselamatan bangsa yg tak mengusik aliran-aliran penduduk, ” tuliskan buku 20 Tahun Kemajuan Angkatan Kepolisian Republik Indonesia (hlm. 243) .

Oemargatab terus pimpin tubuh dibawah kepolisian itu. Seperti PAM, DPKN pun mengawasi beberapa gerakan yg dikira membahayakan negara yg berkembang pada 1950-an.

Jadi orang penting di intelijen kepolisian, seperti dicatat Ken Conboy dalam Intel : Mengungkap Tabir Dunia Intelijen Indonesia (2007) , Oemargatab termasuk juga anggota penting Tubuh Penyelarasan Intelejen (BKI) disaat dibuat pada 5 Desember 1958. Dia berperan sebagai wakil kepolisian di instansi itu (hlm. 19) .

Oemargatab gak memegang kepala DPKN disaat Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo lengser jadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia pada 1959. Menurut Muradi, “Pergantian ini pun mempunyai nuansa begitu politis. ”

DPKN setelah itu bersalin nama. Buku 20 Tahun Kemajuan Angkatan Kepolisian Republik Indonesia (1967) mengatakan, instansi ini berubah jadi Korps Polisi Security pada 1961, lalu berubah menjadi Korps Intelidjen di tahun 1962. Pada 1964, namanya berganti berubah menjadi Direktorat Intelidjen serta Security (hlm. 244) . Di saat itu, Angkatan Kepolisian Republik Indonesia termasuk juga dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) . Namanya setelah itu ditukar berubah menjadi Direktorat Intelijen serta Keamanan.

Lebih kurang 2002, disaat Tubuh Penyelarasan Intelijen Negara (Bakin) berubah jadi Tubuh Intelijen Negara (BIN) , Direktorat Intelijen serta Keamanan Polri berpindah juga berubah menjadi Tubuh Intelijen serta Keamanan (Baintelkam) . Namun namanya terus diketahui jadi Intelkam.

Sempat Jadi Antek Belanda?
Sikut-sikutan antar birokrat sering berlangsung. Sama sama lapor keburukan antar relasi sekerja atau antar instansi udah berada pada saat Revolusi. Ada suatu arsip yg didalamnya cukup menekan Oemargatab, ialah " Arsip Kepolisian Negara nomor : 85 Laporan Tanggal 29 September 1947, 13 November 1948 terkait Oemargatab Kepala kepolisian Banyumas " (koleksi ANRI) . Dijelaskan dalam arsip itu kalau Tempat Besar Polisi Tentara Laut (MBPTL) menuduh “Raden Oemargatab, disaat era Belanda memegang jadi Asisten Wedana PID. ”

Untuk para gerakan, PID yaitu momok khusus. Instansi ini begitu represif serta senang memata-matai kesibukan politik mereka. Sebab itu, disaat Indonesia merdeka, apakah saja yg berhubungan dengan PID senantiasa dianggap negatif. PID sudah diganti tubuh lain bernama Algemeene Recherche Dienst (ARD) , namun banyak pengintai para gerakan nasional itu tetap juga dikatakan PID.

Apabila lantas benar Oemargatab yaitu anggota PID, jadi ia bukan salah satu. Anak tokoh emansipasi wanita Indonesia, R. A. Kartini, yg bernama Soesalit, menurut Sitisoemandari Soeroto dalam Kartini : Suatu Biografi (1982 : 406) pernah juga berubah menjadi mantri PID.

Bacalah juga : Potret Buram Anak Kartini

Apabila berubah menjadi anggota PID di era kolonial yaitu perihal yg biasa saja, jadi MBPTL pun menuduh kalau Oemargatab sempat bekerja sama dengan Belanda. Laporan tanggal 29 September 1947 itu mengatakan : “Di Jalan Pakuningratan (Yogyakarta) , tempo hari, hari Minggu tanggal 28 September 1947, kira-kira jam 12 siang, bisa didapati satu orang yg bernama : Oemargatab, Kepala Jawatan Polisi Purwokerto, Wilayah Banyumas, yg pada dirinya sendiri udah diterimanya laporan, kalau sejak mulai masuknya Belanda di Purwokerto berubah menjadi kaki-tangannya (Belanda) . ”

Berdasarkan itu, Oemargatab tampak bawa mobil “Tjap Bintang”, warna abu-abu dengan 5 bangku penumpang, melesat menuju Magelang. " Arsip Kementerian Pertahanan RI nomor 1756 : Laporan Kementerian Pertahanan Sisi B tiada tanggal terkait aktivitas rahasia Belanda " mengatakan pun bab banyak polisi di wilayah Banyumas yg udah kerja buat Belanda.

Terlepas dari benar atau tidaknya laporan-laporan itu, nyata-nyatanya Oemargatab yg datang dari wilayah Banyumas ini udah kerja dengan cara baik dengan menyampaikan bahaya-bahaya dalam penduduk yg dapat memusnahkan negara.
Simak Juga : lambang pangkat polisi

Muka Komandan Brimob di Patung Gajah Mada
M. Jasin miliki kejadian lucu bab interaksi Oemargatab dengan patung di muka Tempat Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam autobiografinya, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang (2011) , Jasin mengatakan pada 1959 Oemargatab sempat ditugasi cari pematung buat bikin patung Gajah Mada di muka tempat besar kepolisian.

Lantaran gak satu orang lantas di dunia ini yg miliki poto Gajah Mada, jadi Oemargatab lantas diam-diam memohon poto Jasin yg kala itu memegang Komandan Brigade Mobil. Poto itu lalu diserahkan kepada pematung. Jadilah patung Gajah Mada itu serupa Jasin. Seusai patung itu diresmikan pada Hari Kembali Tahun Polisi 1 Juli 1959, Oemargatab meminta maaf terhadap Jasin serta memohon Jasin merahasiakannya.

Lama seusai peristiwa itu, Oemargatab pensiun jadi perwira polisi dengan pangkat paling akhir inspektur jenderal.
Artikel Terkait : translate sunda

Menurut Rudi Badil dalam Warkop : Main-Main Jadi Bukan Main (2010) , rumah Oemargatab ada di sisi studio Radio Prambors yg kondang jadi radionya para muda ibu kota (hlm. 28) . Anak tunggal Oemargatab dari perkawinannya dengan Soeselia Kartanegara juga termasuk dalam lingkaran Prambors. Anak itu bernama Mahatkarta Indrodjojo Kusumonegoro, yg kita semuanya tahu jadi Indro Warkop DKI.

No comments:

Post a Comment

Industri Kreatif dalam Bidikan Para Pengusung Modal

Saat ini, pesan kopi di cafe dapat dikerjakan melalui aplikasi. Warunk Upnormal serta Fore Coffee udah mengawalinya. Di Warunk Upnormal, pen...