Wednesday, January 9, 2019

Kamu Harus Tahu Macam-macam Doa Iftitah dan Syarat Kesunnahannya

Shalat merupakan kebiasaan rutin dalam sehari-hari. Shalat merupakan tiang agama. Barangsiapa menegakan shalat, jadi dia menegakan agama. Serta barangsiapa tinggalkan shalat, jadi intinya dia merobohkan agama.

Dalam realisasi shalat dikehendaki seorang melakukannya dengan sesempurna mungkin. Bukan sekedar lakukan kewajiban-kewajiban saja namun pun lakukan sunnah-sunnahnya. Diantara kesunnahan-kesunnahan shalat merupakan doa iftitah.

Doa iftitah sunnah dilakukan selesai takbiratul ihram serta sebelum membaca ta’awudz dalam tiap-tiap shalat tidak hanya shalat jenazah. Dan buat shalat jenazah tdk disunnahkan sebab shalat jenazah memang direkomendasikan singkat. Syekh an-Nawawi Banten berkata :

وسنّ بعد تحرم وقبل تعوّذ افتتاح وذلك في غير صلاة الجنازة، أما فيها فلا يسنّ لبنائها على التخفيف

“Setelah takbiratul ihram serta sebelum membaca ta’awudz disunnahkan membaca doa iftitah di tidak hanya shalat jenazah. Dan dalam shalat jenazah tdk disunnahkan membaca doa iftitah sebab shalat jenazah direkomendasikan buat singkat dalam pengerjaannya. ” (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, Nihâyatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)
Simak Juga : bacaan doa iftitah

Bentuk-Bentuk Doa Iftitah

Doa iftitah miliki banyak shighat (bentuk) berdasar pada riwayat-riwayat hadits. Lalu, kitab Nihâyatuz Zain mengatakan beberapa dari bentuk-bentuk doa iftitah itu :

Pertama,
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفاً مُسْلِماً وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Ke-2,
الْحَمْدُ لِلهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ

Ke-3,
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا

Ke-4,
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ غَسِّلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.

Ke lima,
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعاً فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ، لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِيْ يَدَّيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.

Telah dikira cukuplah (telah memperoleh kesunnahan) dengan membaca salah satunya dari doa-doa iftitah diatas, namun yang paling utama merupakan membaca semua juga sekaligus untuk orang yang shalat sendiri atau jadi imamnya banyak jamaah yang ikhlas shalatnya lama. Syekh Nawawi banten menuturkan :

وبأيها افتتح حصلت السنة. ويسنّ الجمع بينها لمنفرد وإمام قوم محصورين راضين بالتطويل

“Sudah memperoleh kesunnahan dengan membaca satu diantaranya doa (dari doa-doa iftitah diatas) . Serta disunnahkan buat membaca semua untuk orang yang shalat sendirian serta sebagai imamnya kelompok yang terhitung banyaknya ikhlas shalatnya lama. ” (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, Nihâyatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)

Syarat-Syarat Sunnahnya Membaca Doa Iftitah

Kesunnahan membaca doa iftitah miliki empat prasyarat. Kalau satu diantaranya prasyarat tdk tercukupi, jadi kesunnahan membaca doa iftitah jadi gugur atau hilang.

1. Shalat yang ditangani tidak hanya shalat jenazah, meskipun shalat jenazahnya diatas kuburan atau shalat ghoib (mayatnya ada di daerah yang jauh dari daerahnya orang yang menshalati)

2. Saatnya cukuplah buat lakukan shalat (bersama-sama membaca doa iftitah) . Kalau saatnya sempit atau mendesak, jadi tdk bisa membaca doa iftitah bahkan juga mesti melakukan yang wajib-wajib saja.

3. Kala jadi makmum tdk kuatir ketinggal sejumlah surat al-Fatihah apabila dia membaca doa iftitah.

4. Kala jadi makmum, dia tdk menjumpai imam di tidak hanya urutan berdiri. Kalau dia jadi makmum masbuq serta menjumpai imam di tidak hanya urutan berdiri seumpama ruku’, sujud dan sebagainya, jadi tdk disunnahkan membaca doa iftitah, namun dia langsung menyusul ke urutan imam. (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, Nihâyatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)

Selain itu, yang butuh dilihat merupakan, mestinya seorang selesai takbiratul ihram langsung membaca doa iftitah. Dikarenakan, kalau sebelum membaca doa iftitah, dia membaca bacaan-bacaan yang beda seumpama ta’awudz, basmalah atau yang lain, baik menyengaja maupun lupa, jadi kesunnahan membaca doa iftitah jadi hilang percuma. Syekh an-Nawawi berkata,

ويفوت دعاء الافتتاح بالشروع فيما بعده عمداً أو سهواً

“Kesunnahan doa iftitah jadi hilang dikarenakan membaca perkara-perkara kemudian (seperti ta’awudz serta basmalah) . ” (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)

Mudah-mudahan shalat kita jadikan oleh Allah Swt jadi shalat yang prima amin ya rabbal alamin.

Wallahu a’lam.
Selengkapnya : Iftitah

No comments:

Post a Comment

Industri Kreatif dalam Bidikan Para Pengusung Modal

Saat ini, pesan kopi di cafe dapat dikerjakan melalui aplikasi. Warunk Upnormal serta Fore Coffee udah mengawalinya. Di Warunk Upnormal, pen...