Friday, July 19, 2019

Yuk Simak Kelanjutan Kondisi Habitat Blekok Di Bandung Teknopolis

Pagi itu langit dikit mendung. Tersisa hujan kamarin sore, membuat buaian angin merasa dingin. Situasi kampung ini demikian tenang, tidak ada raung mesin yang beradu kencang. Cuma celoteh burung yang kadang-kadang merusak keheningan.
Rimbun pohon bambu yang berjajar di kampung ini tampak gak pengen diam. Bergoyang bersamaan kepakan sayap – sayap burung yang hinggap berganti-gantian. Di cabangnya berubah menjadi tempat peraduan banyak burung masa keluar serta tenggelamnya sang fajar.
Soal di kampung ini bukanlah asap atau keributan knalpot dari gemuruh kendaaraan bermotor. Tetapi kotoran beberapa ribu burung yang kadang-kadang membuat pengap. Kampung Blekok sebagai rumah mewah buat burung – burung penyinta sawah. Sarang yang lumayan besar di tepian kota yang kasar.
Simak juga :  Contoh teks eksposisi beserta strukturnya

Mendapatkan kampung ini nyatanya sulit -susah mudah. Cuma dikit orang yang tahu kampung Ranca Bayawak di Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat. Akan tetapi, demikian sebutkan kampung blekok, lebih banyak orang-orang tahu.
Sudah ada hampir 1/2 zaman burung blekok atau kuntul sawah, bernama latin Ardeola speciosa itu menempati Kampung Ranca Bayawak, kelurahan Cisarinten Kidul, Kecamatan Gedebage. Burung yang mempunyai paruh dan kaki panjang serta berleher tahap. Mempunyai bulu di punggungnya yang berwarna hitam serta coklat di dadanya ini mempunyai ukuran kira-kira 46 cm. serta masuk dalam famili ardeidae.
“Sudah lama kami hidup berdampingan dengan burung blekok serta kuntul. Awalnya kira-kira tahun 1975 kawanan burung itu ada, akan tetapi sampai saat ini kondisi masih sama bertahan dengan selaras, ” Kata Ujang Safaat (39) , Ketua RW 02 kampung Ranca Bayawak waktu mengenang kembali histori kampung blekok, yang dijumpai Rabu (13/04/2015) .
Ia mengatakan ada 3 type burung yang menempati area itu. Tidak hanya burung blekok ada pula burung yang masih satu ordo adalah burung kuntul (Bubulcus ibis) berparuh hitam serta putih. Ukuran kuntul semakin besar dibanding dengan burung blekok. Kehadiran burung, kata Ujang udah berubah menjadi indentitas tertentu buat kampung Ranca Bayawak.
Ujang mengimbuhkan, awalannya penduduk menanam pohon – pohon bambu itu bukan disengaja, cuma buat membendung hembusan angin. Disaat rumpun bambu sudah teduh, rombongan burung itu mulai ada lalu hinggap serta bertempat. Lama kelamaan berkembang biak serta populasinya capai beberapa ribu.
Bandung Teknopolis
Itu blekok yang akhir – akhir ini memperoleh sorotan berkaitan gagasan pembangunan area terintegrasi Bandung Teknopolis di wilayah Gedebage, area yang menurut Walikota Bandung, Ridwan Kamil jadi kota kecil dalam kota Bandung yang berbasiskan tehnologi info.
Banyak periset burung, pelaku lingkungan dan beberapa kampus di Bandung yang ada berbondong – bondong kampung blekok. Dengan satu maksud adalah mau melestarikan area itu dari deru perkembangan kota.
Beberapa burung kuntul (Bubulcus ibis) serta blekok (Ardeola speciosa) terbang serta duduk di rimbunya pohon bambu di kampung Ranca Bayawak, Cisarinten Kidul, Gedebage, Kota Bandung, Ja-bar, Rabu (13/04/2016) . Habitat burung itu terusik oleh gagasan pembangunan pembangunan serta ubah peranan area di area itu, seperti gagasan area Bandung Teknopolis. Photo : Donny Iqbal
Beberapa burung kuntul (Bubulcus ibis) serta blekok (Ardeola speciosa) terbang serta duduk di rimbunya pohon bambu di kampung Ranca Bayawak, Cisarinten Kidul, Gedebage, Kota Bandung, Ja-bar, Rabu (13/04/2016) . Habitat burung itu terusik oleh gagasan pembangunan pembangunan serta ubah peranan area di area itu, seperti gagasan area Bandung Teknopolis. Photo : Donny Iqbal
“Sebetulnya, yang namanya pergerakan perkembangan perubahan itu tidak bisa ditahan. Akan tetapi, memang butuh ada analisis – analisis yang lebih dalam pada dampak kehadiran satwa di kampung dalam soal ini berkaitan gagasan Bandung Teknopolis, ” Kata koordinator program Bird Conservation Sosiety (Becons) Bandung, Abdul Rahman Hafif, waktu di hubungi lewat telpon.
Ia mengatakan faksinya sudah pernah diperintah konsultasi berkaitan bagian ruangan habitat serta sarang burung blekok oleh faksi pengembang. Akan tetapi meskipun belum bisa konfirmasi langsung dari pengembang, ujarnya, hasil dari ikuti studi Analis Resiko Lingkungan (Amdal) , pembangunan area Bandung Teknopolis tidak masuk ke area kampung blekok itu.
Artikel Terkait :  contoh teks eksposisi

Ia mengimbuhkan belum dapat mengaitkan pembangunan area itu bisa punya pengaruh pada kehadiran satwa yang ada dari sana. “Saya belum dapat menyebutkan itu punya pengaruh atau mungkin tidak punya pengaruh. Tetapi semestinya pastinya kurangi wilayah jelajah si blekok serta si kuntul waktu cari makan, ” katanya.
Hafif menjelaskan sudah pernah dilaksanakan pengamatan tahun 2013 terkait jelajah makan burung itu. Hasilnya memberikan kalau burung blekok serta kuntul ini tidak cari makan di sekitan Gedebage, tetapi mempunyai jelajah yang cukup jauh. Ia sebutkan area jelajah burung itu seperti di Rancaekek, Cileunyi, sekitar Jalan M. Toha, Cimahi serta di wilayah kira-kira tol Bandung.
Berdasar pada data dari periset, jumlahnya burung yang ada di kampung blekok, sekitar 2700 – 3000 ekor. “ Jadi jika pagi mereka pergi cari makan, sore hari meraka pulang ke sarang di pohon – pohon kira-kira sini. Namun tersisa yang ada di sini yang tidak pergi, mereka yang tengah mengerami telur atau tengah membuat sarang, ” papar Ujang.
Gagasan Desa Wisata
Sudah semestinya Kota Bandung berbangga mempunyai kekuatan wisata blekok yang sekian lama ini tumbuh berkembang lewat cara mandiri dalam lingkaran kepedulian orang. Baru – baru ini tampak inspirasi berkaitan gagasan Pemerintah Kota Bandung di bawah instruksi Walikota Ridwan Kamil akan membuat berubah menjadi desa wisata.
Hafif menilainya, ada resiko negatif serta positif bila gagasan ini dilaksanakan. Bisa saja dapat jadikan jadi percontohan area dimana satwa serta manusia dapat hidup berdampingan. “Berhasil serta tidaknya hal tersebut, bergantung treatment dari pemda pada kehadiran si satwa itu, ” katanya.
Dan menurut Ujang usaha buat jadikan desa wisata belum nampak keseriusan dari pemerintah sendiri. Cuma baru pemasangan plang saja jadi pemberi tanda masuk lokasi belekok. “ Sampai sekarang ini semata-mata gagasan saja, akan tetapi buat elemen penyokong seperti layanan yang penting ada belumlah ada serta pemberian. Mengenai ada itu semua dari hasil swadaya orang yang terasa mempunyai pada kehadiran blekok. Sekian hari kebelakang pernah ada istri walikota dan rombongan berkunjung ke sini buat mengevaluasi, ” katanya.
Ujang pun minta Pemkot Bandung buat membela sawah – sawah kira-kira jadi sawah langgeng. Tidak hanya buat membela kenyamanan blekok, sawah pun berubah menjadi sandaran penduduk ditempat.
Burung kuntul atau blekok sawah Ardeola speciosa) . Photo : Apris Rakhmadani/Biodiversity Society
Burung kuntul atau blekok sawah Ardeola speciosa) . Photo : Apris Rakhmadani/Biodiversity Society
“Kami minta 5 hektar tanah punya Pemkot masih sekitaran Cirinteun Kidul jadikan area langgeng. Kami pun minta pemerintah buat memaksimalkan orang biar siap menantang perubahan dari sisi keterampilan. Lalu banyak penduduk berganti propesi dari pertanian ke pertenarkan, kami mengharapkan pemerintah pun melihat akan kesejahteraan kami, ” katanya lirih.
Usaha Pelestarian
Dekat sama kampong blekok, Summarecon Bandung memiliki rencana bangun perumahan di area Bandung Teknopolis di Gedebage. Summarecon memiliki area kira-kira 300 hektar dari keseluruhan 800 hektar area Bandung Teknopolis punya bermacam faksi seperti Pemprov Ja-bar, Pemkot Bandung, serta swasta.
Summarecon sendiri sudah hentikan pembangunan awal perumahan berbentuk kantor pemasaran serta contoh unit rumah di Bandung Teknopolis, sesudah didemo oleh penduduk Gedebage, serta sesudah anggota DPRD mengerjakan sidak pada Maret 2015 di area itu. Summarecon hentikan pembangunan itu, kata Ridwan Kamil, sebab belum memiliki izin pembangunan perumahan.
Selain itu Humas dari Summarecon Bandung lewat Asep Sofyan Ansori memperjelas akan mengerjakan langkah prefentif buat menghadapi peluang yang akan berlangsung baik sebelum tahap pembangunan atau waktu pembangunan di area Bandung Teknopolis pada kelestarian blekok.
“Tentu kami udah sediakan metodenya demikian rupa dengan libatkan banyak ahli yang kompeten. Serta sudah kami berikan pada klub pengkaji Amdal serta udah di panelkan dengan bermacam faktor, ” tuturnya waktu di hubungi Mongabay melalui telpon.
Satu diantara metodenya ujarnya, jadi pelestarian lingkungan serta ekosistem satwa akan dilaksanakan pengerjaan beberapa danau yang dapat berperan ganda. Ia mengimbuhkan tidak hanya berperan jadi kolam retensi atau sumur serapan raksasa nanti bisa juga dipakai tempat burung blekok buat cari makan.
Asep menambahkan pembangunan itu tidak hanya 80 % akan dibangun area komersil dsb. Sekitar 20 % udah ditujukan buat meningkatkan RTH Kota Bandung.
“Perlu kami berikan, sampai detik ini faksi Summarecon belum mulai action membangunan terkecuali rumah contoh di muka kampung blekok serta itu juga banyak sedikit. Mengenai pengerukan tanah itu bukan pembangunan tapi bangun akses buat suksesi penyelenggaraan PON Ja-bar, ” katanya.

No comments:

Post a Comment

Industri Kreatif dalam Bidikan Para Pengusung Modal

Saat ini, pesan kopi di cafe dapat dikerjakan melalui aplikasi. Warunk Upnormal serta Fore Coffee udah mengawalinya. Di Warunk Upnormal, pen...