Wednesday, November 13, 2019

Simaklah Lima Tantangan Membumikan Pancasila

Staff Spesial Dewan Pengarah Tubuh Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo menjelaskan jika bangsa Indonesia masih alami rintangan dalam membumikan ideologi negara, yakni Pancasila. Romo Benny mengatakan ada lima rintangan dalam membumikan Pancasila.

"Pembumian Pancasila adalah usaha untuk mendatangkan nilai-nilai serta keutamaan Pancasila dalam praksis sehari-harinya, masih jadi rintangan penting sampai sekarang yang terbagi dalam 5 rumor atau rintangan," tutur Romo Benny pada acara BPIP serta Komisi II DPR berkaitan publikasi ideologi Pancasila di Hotel Batam Center, Kepulauan Riau, Selasa (19/3/2019).

Acara yang bertopik "Menggali Mutiara Pancasila serta Semangat Gotong Royong" itu dihadir oleh anggota Komisi II DPR Ria Dwi Latifa jadi narasumber. Acara publikasi ini didatangi oleh Komunitas anak Kota Batam, KPPMP Kota Batam, Safe Migrant Kota Batam, Kader Posyandu Kota Batam, Majelis Taklim, Remaja Mesjid Citramas, Pergerakan Remaja Mandiri (Berang) Kota Batam, P2TP2A Batam, serta Service Info Pertolongan Advokasi Kemanusiaan(LIBAK).

Rintangan pertama, kata Romo Benny, ialah mengenai pandangan Pancasila. Ia memandang warga alami penurunan intensif evaluasi Pancasila dan minimnya efektivitas serta daya tarik evaluasi Pancasila. Ini, katanya, tidak lepas dari rendahnya tingkat kedalaman literasi warga Indonesia pada umumnya.
Simak Juga :
sikap positif terhadappancasila sebagai ideologi terbuka "Rintangan ke-2 ialah eksklusivisme sosial yang berkaitan kuatnya arus globalisasi hingga ke arah pada kuatnya cenderung politisasi jati diri, serta kuatnya tanda-tanda polarisasi serta frgamentasi sosial yang berbasiskan SARA," katanya.

Rintangan ke-3 ialah ketimpangan sosial, sebab masih berlangsung sentralisasi pembangunan ekonomi pada daerah-daerah tersendiri. Diluar itu, meluasnya ketimpangan sosial antarpelaku ekonomi serta kebijaksanaan ekonomi yang memprioritaskan bidang ekstraktif yang kurang meningkatkan nilai lebih.

"Rintangan ke empat ialah pelembagaan Pancasila dimana lemahnya institusionalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kelembagaan politik, ekonomi serta budaya dan masih lemahnya wacana ideologi Pancasila di golongan pelaksana negara," papar ia.

Paling akhir, kata Romo Benny ialah keteladanan Pancasila. Dalam kerangka ini, menurutnya, rintangan yang ditemui ialah masih minimnya keteladanan dari beberapa tokoh pemerintahan serta warga. "Ini diperburuk dengan makin ramainya sikap serta tingkah laku destruktif yang lebih memprioritaskan beberapa hal negatif di ruang umum dan minimnya animo serta stimulan pada prestasi serta praktik-praktik yang baik," tutur Romo Benny.

Karenanya, kata Romo Benny butuh dikerjakan usaha yang dinamainya strategi kebudayaan. Menurutnya, strategi kebudayaan ialah satu rintisan pertimbangan berkaitan usaha untuk membumikan beberapa ide besar dalam praksis seharian.

Romo Benny mengatakan 8 inti strategi kebudayaan, yakni aksi untuk menghidupkan kembali rutinitas berpikir serius, mengubah ide ekonomi dari masalah pasar serta jual beli uang ke masalah mata pencaharian masyarakat biasa, melatih rutinitas ingin mengaku kekeliruan serta mengatakan benar, melatih rutinitas berpolitik sebab tanggung jawab serta loyalitas pada kehidupStaff Spesial Dewan Pengarah Tubuh Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo menjelaskan jika bangsa Indonesia masih alami rintangan dalam membumikan ideologi negara, yakni Pancasila. Romo Benny mengatakan ada lima rintangan dalam membumikan Pancasila.
Artikel Terkait : sumber hukum


"Pembumian Pancasila adalah usaha untuk mendatangkan nilai-nilai serta keutamaan Pancasila dalam praksis sehari-harinya, masih jadi rintangan penting sampai sekarang yang terbagi dalam 5 rumor atau rintangan," tutur Romo Benny pada acara BPIP serta Komisi II DPR berkaitan publikasi ideologi Pancasila di Hotel Batam Center, Kepulauan Riau, Selasa (19/3/2019).

Acara yang bertopik "Menggali Mutiara Pancasila serta Semangat Gotong Royong" itu dihadir oleh anggota Komisi II DPR Ria Dwi Latifa jadi narasumber. Acara publikasi ini didatangi oleh Komunitas anak Kota Batam, KPPMP Kota Batam, Safe Migrant Kota Batam, Kader Posyandu Kota Batam, Majelis Taklim, Remaja Mesjid Citramas, Pergerakan Remaja Mandiri (Berang) Kota Batam, P2TP2A Batam, serta Service Info Pertolongan Advokasi Kemanusiaan(LIBAK).

Rintangan pertama, kata Romo Benny, ialah mengenai pandangan Pancasila. Ia memandang warga alami penurunan intensif evaluasi Pancasila dan minimnya efektivitas serta daya tarik evaluasi Pancasila. Ini, katanya, tidak lepas dari rendahnya tingkat kedalaman literasi warga Indonesia pada umumnya.

"Rintangan ke-2 ialah eksklusivisme sosial yang berkaitan kuatnya arus globalisasi hingga ke arah pada kuatnya cenderung politisasi jati diri, serta kuatnya tanda-tanda polarisasi serta frgamentasi sosial yang berbasiskan SARA," katanya.

Rintangan ke-3 ialah ketimpangan sosial, sebab masih berlangsung sentralisasi pembangunan ekonomi pada daerah-daerah tersendiri. Diluar itu, meluasnya ketimpangan sosial antarpelaku ekonomi serta kebijaksanaan ekonomi yang memprioritaskan bidang ekstraktif yang kurang meningkatkan nilai lebih.

"Rintangan ke empat ialah pelembagaan Pancasila dimana lemahnya institusionalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kelembagaan politik, ekonomi serta budaya dan masih lemahnya wacana ideologi Pancasila di golongan pelaksana negara," papar ia.

Paling akhir, kata Romo Benny ialah keteladanan Pancasila. Dalam kerangka ini, menurutnya, rintangan yang ditemui ialah masih minimnya keteladanan dari beberapa tokoh pemerintahan serta warga. "Ini diperburuk dengan makin ramainya sikap serta tingkah laku destruktif yang lebih memprioritaskan beberapa hal negatif di ruang umum dan minimnya animo serta stimulan pada prestasi serta praktik-praktik yang baik," tutur Romo Benny.

Karenanya, kata Romo Benny butuh dikerjakan usaha yang dinamainya strategi kebudayaan. Menurutnya, strategi kebudayaan ialah satu rintisan pertimbangan berkaitan usaha untuk membumikan beberapa ide besar dalam praksis seharian.

Romo Benny mengatakan 8 inti strategi kebudayaan, yakni aksi untuk menghidupkan kembali rutinitas berpikir serius, mengubah ide ekonomi dari masalah pasar serta jual beli uang ke masalah mata pencaharian masyarakat biasa, melatih rutinitas ingin mengaku kekeliruan serta mengatakan benar, melatih rutinitas berpolitik sebab tanggung jawab serta loyalitas pada kehidupan publik bukan pribadi.

"Selanjutnya melatih keinginan berbelanja sebab butuh, bukan lantaran ingin, membuat rutinitas baru seluas bangsa untuk memandang jika korupsi, plagiat, serta menjiplak bukan hal umum tetapi kriminalitas, untuk kembalikan karier jadi janji publik, bukan hanya ketrampilan serta paling akhir untuk melatih melakukan tindakan sebab loyalitas, bukan semata-mata sebab senang," tutur Romo Bennyan publik bukan pribadi.

"Selanjutnya melatih keinginan berbelanja sebab butuh, bukan lantaran ingin, membuat rutinitas baru seluas bangsa untuk memandang jika korupsi, plagiat, serta menjiplak bukan hal umum tetapi kriminalitas, untuk kembalikan karier jadi janji publik, bukan hanya ketrampilan serta paling akhir untuk melatih melakukan tindakan sebab loyalitas, bukan semata-mata sebab senang," tutur Romo Benny

No comments:

Post a Comment

Industri Kreatif dalam Bidikan Para Pengusung Modal

Saat ini, pesan kopi di cafe dapat dikerjakan melalui aplikasi. Warunk Upnormal serta Fore Coffee udah mengawalinya. Di Warunk Upnormal, pen...